Minggu, 04 Desember 2011

FILSAFAT HEGEL


FILSAFAT HEGEL
Banyak artikel memakai istilah-istilah filsafat, khususnya filsafat Hegel (1776-1831). Oleh karena itu saya mulai tanggapan ini dengan menguraikan sedikit tentang filsafat Hegel. Hegel merupakan puncak gerakan filsafat yang di mulai oleh Emmanuel Kilsafathan (1724-1803). Pada akhir abad 19, filsafat Hegel sangat di puja orang, baik di Jerman sendiri maupun di Inggris dan Amerika. Akan tetapi pada waktu ini sudah di tinggalkan orang, karena kelemahan-kelemahan dan kekeliruan yang terdapat di dalamnya. Filsafat Hegel tentang sejarah banyak memepengaruhi teori politik. Karl Marx (1818-1883) yang merupakan salah seorang murid Hegel, membentuk filsafat yang masih membawa ciri-ciri filsafat Hegel.

A.     KESELURUHAN SPIRITUAL
Hegel suka kepada mysticism, daripada mysticism ia mendapatkan suatu gambaran bahwa Dunia atau Ala mini tidak merupakan suatu  kumpulan bermacam-macam unit benda atau jiwa yang masing-masing berdiri sendiri. Hal-hal yang terpisah-pisah menurut Hegel adalah semacam illusi, yang benar dan real adalah kesatuan atau keseluruhan (the whole). Akan tetapi kesatuan itu bukan suatu substansi yang simple seperti yang di gambarkan oleh Spinoza (1632-1676)dan di zaman filsafat kuno oleh permenides (540-450 SM). Kesatuan itu, menurut Hegel adalah sutu sistem yang kompleks atau suatu organisasi. Benda-benda yang berpisah-pisah dan yang menjadi bahan alam ini tidak merupakan illusi yang sebenarnya, masing-masing memiliki sedikit banyak realitas, dan realitasnya itu adalah objek benda tersebut di tinjau dalam keseluruhan.

Menurut Hegel, yang real adalah rational dan yang rational adalah real. Yang di maksudkan dengan rational bukannya yang empiris. Hal-hal yang empiris tidak dapat di katakan rational kecuali kalau sudah  dapat di anggap sebagai suatu aspek dari keseluruhan (the whole). Keseluruhan adalah mutlak (absolute) dan yang mutlak itu adalah spiritual. Oleh karena itu Hegel menolak pendapat Spinoza yang mengatakan bahwa yang mutlak itu mempunyai atribut extensi di samping artribut pikiran, karena extensi tidak spiritual.


B.     LOGIKA  atau  DIALEKTIKA
Filsafat Hegel mengandung unsur penting yaitu logika atau dialektika. Yang di maksud dengan logika bukan logika yang biasa, yakni yang di ciptakan oleh Aristoteles dan biasanya di namakan formal logic, atau bahasa arabnya adalah Jadal.
Bagi Hegel, yang mutlak (absolute) adalah wujud yang real, sama ada wujud itu berupa jiwa yang tak tertabatas, ataun ide, ataun akal yang universil ataau zat ppencipta. Alam dan pikiran merupakan model daripada yang mutlak.
Untuk memahami wujud, diperlukan suatu logika yang bermula dengan suatu statemen yang akan berganti menjadi kebalikannya, kemudian bersatu dengan yang sebaliknya itu. Ini adalah dialektika, statemen oertama adalah thesis, yang kedua adalah antithesis dan yang di hasilkan adalah syinthesis.
Thesis adalah wujud atau being, sutu hal yang sangat luas dan sangat real, karena segala sesuatu yang kita hadapi adalah wujud (existence). Wujud berarti sifat dari segala yang ada. Akan tetapi wujud itu tidak dapat berdiri sendiri. Jadi wujud itu bukan apa-apa, tetapi dapat menjadi sesuatu. Oleh karena itu jika kita memikirkan wujud, pada waktu yang sama kita memikirkan yang tidak ada. Adapun wujud yang sebenarnya adalah terdirin dari dua kontradiksi yaitu : wujud dan tidak wujud, yakni menjadi atau becoming. Menjadi atau becoming adalah wujud yang sesungguhnya, karena wujud itu sterile dan tidak wujud juga sterile.
Dengan begitu Hegel menjadikan kontradiksi sebagai prinsip pertama baik dalam alam benda maupun alam fikiran, dan dengan begitu pula dapat kita katakana bahwa filsafat Hegel itu filsafat empiris realis, dan berusaha menjadikan hal yang empiris dan hal yang real, keduanya menjadi mutlak.
Benda yang ada selalu dalam keadaan menjadi (becoming), dan ini adalah category quality. Benda yang ada itu berbeda dengan benda lain, dan ini adalah category relasi. Being atau wujud yang merupakan keseluruhan berkontradiksi dengan wujud atau benda yang banyak dan bermacam-macam. Ini adalah category quantity.
Yang banyak itu sesungguhnya satu. Hal ini dapat di lihat dalam quantities yang continue. Ia banyak secara potensial, dan pembagian akan melahirkan sebaliknya, yaitu quantities yang terpisah.

Essensi adalah wujud (being) tang tersebar dan menimbulkaan bermacam-macam aspek atau phenomena. Essensi dan phenomena itu tak dapat dipisah-pisahkan. Essensi adalah kekuatan atau agent, sedang phenomena adalah aksi kekuatan atau fungsi kekuatan tersebut. Phenomena adalah essensinya essensi, oleh karena essensi harus menampakkan diri menjadi phenomena dan phenomena berasal dari essensi. Essensi jika di pandang sebagaiagent ia menjadi substansi. Substansi berlawanan dengan accident. Tetapi accident juga substansi, oleh karena substansi memerlukan accident untuk menampakkan diri.
Ringkasan daripada filsafat Hegel yang mungkin terasa sukar di pahami itu adalah sebagai berikut :
Tidak ada Tuhan terpisah dari alam, tidak ada jiwa yang terpisah daripad phenomena yang menunjukkan AKU, dan tidak ada suatu materi yang berdiri sendiri, terpisah daripada qualities dan accident.
Substansi merupakan kumpulan daripada accident, akan tetapi bukan kumpulan yang mati, melainkan kumpulan yang hidup. Sebab dan musabab merupakan kesatuan.
Benda adalah sebab yang sudah menjelma, dan accident adalah substansi yang tersebar. Tiap kejadian ada sebabnya, tiap sebab menjelma menjadi kejadian. Rangkaian sebab dan musabab bukannya tidak terbatas menjurus kebaris lurus, akan tetapi merupakan gerakan bundaran (circular) dan terbatas, umpamanya hujan itu sebab kelembaban dan lembab itu sebabnya hujan. Dengan begituu maka tak ada sesuatu sebab yang terpisah dari sebab-sebab lain. Dan semua yang ada itulah yang dinamakan “absolute” oleh Hegel.

Kritik Terhadap Logika Hegel
Logika Hegel sebagai yang telah kita lihat di atas adalah : mencari konsep-konsep primer dengan affirmasi, negasi dan mengumpulkan keduanya (negasi dan affirmasi).
Konsep-konsep primer sudah lama dipelajari oleh filsafat. Aritoteles telah mempelajari wujud dan kategori-kategori. Filsafat Scholastik telah menambah keterangan-keterangan hal-hal tersebut. Yang barru bagi Hegel adalah cara induksinya dalam dialektikanya. Hegel berpendapat bahwa sesuatu yang mungkin jadi A atau jadi B atau jadi C, mengandung sifat ABC tersebut, dan oleh karena itu maka benda itu berkontradiksi dengan dirinya sendiri. Inilah kesalahan Hegel.
Pemikiran yang benar seharusnya sebagai berikut :tiap-tiap benda itu ada konsepnya dalam fikiran kita dan konsep dalam pikiran kita itu tidak mengandung hal-hal yang mungkin menjadi penjelmaan benda itu. Oleh karena itu tidak ada kontradiksi baik dalam benda itu ataupun dalam fikiran kita. Akal kita mengetahui bahwa penjelmaan-penjelmaan benda itu tidak terkandung dalam benda itu. Kalau hegel berkata : wujud itu bukan apa-apa karena dapat menjelma menjadi apa saja, maka kata tersebut harus dikoreksi menjadi : wujud itu dapat menjadi apa saja, tetapi tidak dalam satu waktu, bahkan pada waktu-waktu berlainan. Maka tidak betul jika kita mengatakan : wujud dan tidak wujud pada waktu yang sama, tetapi kita harus berkata : apa yang tidak ada dipandang dari satu sudut, mungkin ada dipandang dari sudut yang lain. Dengan perkataan lain, menjadi (becoming) itu bukan kumpulan kontradiksi dan pertentangan-pertentangan, tetapi perpindahan dari satu hal kepada hal yang kontradiksi ; jadi kontradiksi itu tidak berkumpul dan inilah arti the principle of non contradiction.maka jelas bahwa metode hegel tidak mampu untuk menerangkan kejadian dengan kekuatan dalam atau der inner wekende Krafte atau was werkende Geist, oleh karena yang belum menentu tidak dapat menentukan menjadi sesuatu dengan kekuatan sendiri.

C.     ALAM
Jika mutlak atau wujud mutlak yang menurut Hegel bersifat spiritual, pada suatu waktu mengasingkan (alienate) dirinya dan karena pengasingan diri maka timbullah alam. Karena itu, alam merupakan suatu phenomena luar yang opposisi dan menentang. Sedang yang masih ada adalah Alam Pencipta.

D.    MANUSIA DAN MASYARAKAT
Setelah jiwa mutlak atau wujud mutlak menentang dirinya dengan terciptanya alam maka ia ingin kembali kepada keadaan semula yakni kembali kepada ddirinya dengan mengeyahui dirinya. Dalam kembali kepada dirinya sendiri, jiwa yang mutlak yang sudah menjadi alam itu melalui tiga tahapan yang pertama : tahap esprit subjectif, kedua : esprit objectif dan ketiga : esprit absolute.
Diantara tiga jiwa terseut di atas, yang masing-masing mempunyai tiga aspek, karena Hegel memang mengukai kepada angka tiga, saya hanya akan menyebutkan yang relevant bagi tulisan ini. Yaitu aspek ketiga daripada jiwa objectif dan aspek kedua dari jiwa absolute. Yang saya maksudkan dengan aspek ketiga daripada jiwa objectif ialah Negara dan yang saya maksudkan dengan aspek kedua dari pada jiwa mutlak adalah Agama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar