FILSAFAT
HEGEL
Banyak
artikel memakai istilah-istilah filsafat, khususnya filsafat Hegel (1776-1831).
Oleh karena itu saya mulai tanggapan ini dengan menguraikan sedikit tentang
filsafat Hegel. Hegel merupakan puncak gerakan filsafat yang di mulai oleh Emmanuel
Kilsafathan (1724-1803). Pada akhir abad 19, filsafat Hegel sangat di puja
orang, baik di Jerman sendiri maupun di Inggris dan Amerika. Akan tetapi pada
waktu ini sudah di tinggalkan orang, karena kelemahan-kelemahan dan kekeliruan
yang terdapat di dalamnya. Filsafat Hegel tentang sejarah banyak memepengaruhi
teori politik. Karl Marx (1818-1883) yang merupakan salah seorang murid Hegel,
membentuk filsafat yang masih membawa ciri-ciri filsafat Hegel.
A.
KESELURUHAN
SPIRITUAL
Hegel
suka kepada mysticism, daripada mysticism ia mendapatkan suatu gambaran bahwa
Dunia atau Ala mini tidak merupakan suatu
kumpulan bermacam-macam unit benda atau jiwa yang masing-masing berdiri
sendiri. Hal-hal yang terpisah-pisah menurut Hegel adalah semacam illusi, yang
benar dan real adalah kesatuan atau keseluruhan (the whole). Akan tetapi
kesatuan itu bukan suatu substansi yang simple seperti yang di gambarkan oleh
Spinoza (1632-1676)dan di zaman filsafat kuno oleh permenides (540-450 SM).
Kesatuan itu, menurut Hegel adalah sutu sistem yang kompleks atau suatu
organisasi. Benda-benda yang berpisah-pisah dan yang menjadi bahan alam ini
tidak merupakan illusi yang sebenarnya, masing-masing memiliki sedikit banyak
realitas, dan realitasnya itu adalah objek benda tersebut di tinjau dalam
keseluruhan.
Menurut
Hegel, yang real adalah rational dan yang rational adalah real. Yang di
maksudkan dengan rational bukannya yang empiris. Hal-hal yang empiris tidak
dapat di katakan rational kecuali kalau sudah
dapat di anggap sebagai suatu aspek dari keseluruhan (the whole).
Keseluruhan adalah mutlak (absolute) dan yang mutlak itu adalah spiritual. Oleh
karena itu Hegel menolak pendapat Spinoza yang mengatakan bahwa yang mutlak itu
mempunyai atribut extensi di samping artribut pikiran, karena extensi tidak
spiritual.
B.
LOGIKA
atau DIALEKTIKA
Filsafat
Hegel mengandung unsur penting yaitu logika atau dialektika. Yang di maksud
dengan logika bukan logika yang biasa, yakni yang di ciptakan oleh Aristoteles
dan biasanya di namakan formal logic, atau bahasa arabnya adalah Jadal.
Bagi
Hegel, yang mutlak (absolute) adalah wujud yang real, sama ada wujud itu berupa
jiwa yang tak tertabatas, ataun ide, ataun akal yang universil ataau zat
ppencipta. Alam dan pikiran merupakan model daripada yang mutlak.
Untuk
memahami wujud, diperlukan suatu logika yang bermula dengan suatu statemen yang
akan berganti menjadi kebalikannya, kemudian bersatu dengan yang sebaliknya
itu. Ini adalah dialektika, statemen oertama adalah thesis, yang kedua adalah
antithesis dan yang di hasilkan adalah syinthesis.
Thesis
adalah wujud atau being, sutu hal yang sangat luas dan sangat real, karena
segala sesuatu yang kita hadapi adalah wujud (existence). Wujud berarti sifat
dari segala yang ada. Akan tetapi wujud itu tidak dapat berdiri sendiri. Jadi
wujud itu bukan apa-apa, tetapi dapat menjadi sesuatu. Oleh karena itu jika
kita memikirkan wujud, pada waktu yang sama kita memikirkan yang tidak ada.
Adapun wujud yang sebenarnya adalah terdirin dari dua kontradiksi yaitu : wujud
dan tidak wujud, yakni menjadi atau becoming. Menjadi atau becoming adalah
wujud yang sesungguhnya, karena wujud itu sterile dan tidak wujud juga sterile.
Dengan
begitu Hegel menjadikan kontradiksi sebagai prinsip pertama baik dalam alam
benda maupun alam fikiran, dan dengan begitu pula dapat kita katakana bahwa
filsafat Hegel itu filsafat empiris realis, dan berusaha menjadikan hal yang
empiris dan hal yang real, keduanya menjadi mutlak.
Benda
yang ada selalu dalam keadaan menjadi (becoming), dan ini adalah category
quality. Benda yang ada itu berbeda dengan benda lain, dan ini adalah category
relasi. Being atau wujud yang merupakan keseluruhan berkontradiksi dengan wujud
atau benda yang banyak dan bermacam-macam. Ini adalah category quantity.
Yang
banyak itu sesungguhnya satu. Hal ini dapat di lihat dalam quantities yang
continue. Ia banyak secara potensial, dan pembagian akan melahirkan sebaliknya,
yaitu quantities yang terpisah.
Essensi
adalah wujud (being) tang tersebar dan menimbulkaan bermacam-macam aspek atau
phenomena. Essensi dan phenomena itu tak dapat dipisah-pisahkan. Essensi adalah
kekuatan atau agent, sedang phenomena adalah aksi kekuatan atau fungsi kekuatan
tersebut. Phenomena adalah essensinya essensi, oleh karena essensi harus
menampakkan diri menjadi phenomena dan phenomena berasal dari essensi. Essensi
jika di pandang sebagaiagent ia menjadi substansi. Substansi berlawanan dengan
accident. Tetapi accident juga substansi, oleh karena substansi memerlukan
accident untuk menampakkan diri.
Ringkasan
daripada filsafat Hegel yang mungkin terasa sukar di pahami itu adalah sebagai
berikut :
Tidak
ada Tuhan terpisah dari alam, tidak ada jiwa yang terpisah daripad phenomena
yang menunjukkan AKU, dan tidak ada suatu materi yang berdiri sendiri, terpisah
daripada qualities dan accident.
Substansi
merupakan kumpulan daripada accident, akan tetapi bukan kumpulan yang mati,
melainkan kumpulan yang hidup. Sebab dan musabab merupakan kesatuan.
Benda
adalah sebab yang sudah menjelma, dan accident adalah substansi yang tersebar.
Tiap kejadian ada sebabnya, tiap sebab menjelma menjadi kejadian. Rangkaian
sebab dan musabab bukannya tidak terbatas menjurus kebaris lurus, akan tetapi
merupakan gerakan bundaran (circular) dan terbatas, umpamanya hujan itu sebab
kelembaban dan lembab itu sebabnya hujan. Dengan begituu maka tak ada sesuatu
sebab yang terpisah dari sebab-sebab lain. Dan semua yang ada itulah yang
dinamakan “absolute” oleh Hegel.
Kritik
Terhadap Logika Hegel
Logika
Hegel sebagai yang telah kita lihat di atas adalah : mencari konsep-konsep
primer dengan affirmasi, negasi dan mengumpulkan keduanya (negasi dan
affirmasi).
Konsep-konsep
primer sudah lama dipelajari oleh filsafat. Aritoteles telah mempelajari wujud
dan kategori-kategori. Filsafat Scholastik telah menambah keterangan-keterangan
hal-hal tersebut. Yang barru bagi Hegel adalah cara induksinya dalam
dialektikanya. Hegel berpendapat bahwa sesuatu yang mungkin jadi A atau jadi B
atau jadi C, mengandung sifat ABC tersebut, dan oleh karena itu maka benda itu
berkontradiksi dengan dirinya sendiri. Inilah kesalahan Hegel.
Pemikiran yang
benar seharusnya sebagai berikut :tiap-tiap benda itu ada konsepnya dalam
fikiran kita dan konsep dalam pikiran kita itu tidak mengandung hal-hal yang
mungkin menjadi penjelmaan benda itu. Oleh karena itu tidak ada kontradiksi
baik dalam benda itu ataupun dalam fikiran kita. Akal kita mengetahui bahwa
penjelmaan-penjelmaan benda itu tidak terkandung dalam benda itu. Kalau hegel
berkata : wujud itu bukan apa-apa karena dapat menjelma menjadi apa saja, maka
kata tersebut harus dikoreksi menjadi : wujud itu dapat menjadi apa saja,
tetapi tidak dalam satu waktu, bahkan pada waktu-waktu berlainan. Maka tidak
betul jika kita mengatakan : wujud dan tidak wujud pada waktu yang sama, tetapi
kita harus berkata : apa yang tidak ada dipandang dari satu sudut, mungkin ada
dipandang dari sudut yang lain. Dengan perkataan lain, menjadi (becoming) itu
bukan kumpulan kontradiksi dan pertentangan-pertentangan, tetapi perpindahan
dari satu hal kepada hal yang kontradiksi ; jadi kontradiksi itu tidak
berkumpul dan inilah arti the principle
of non contradiction.maka jelas bahwa metode hegel tidak mampu untuk
menerangkan kejadian dengan kekuatan dalam atau der inner wekende Krafte atau was
werkende Geist, oleh karena yang
belum menentu tidak dapat menentukan menjadi sesuatu dengan kekuatan sendiri.
C.
ALAM
Jika
mutlak atau wujud mutlak yang menurut Hegel bersifat spiritual, pada suatu
waktu mengasingkan (alienate) dirinya dan karena pengasingan diri maka timbullah
alam. Karena itu, alam merupakan suatu phenomena luar yang opposisi dan
menentang. Sedang yang masih ada adalah Alam Pencipta.
D.
MANUSIA
DAN MASYARAKAT
Setelah
jiwa mutlak atau wujud mutlak menentang dirinya dengan terciptanya alam maka ia
ingin kembali kepada keadaan semula yakni kembali kepada ddirinya dengan
mengeyahui dirinya. Dalam kembali kepada dirinya sendiri, jiwa yang mutlak yang
sudah menjadi alam itu melalui tiga tahapan yang pertama : tahap esprit
subjectif, kedua : esprit objectif dan ketiga : esprit absolute.
Diantara
tiga jiwa terseut di atas, yang masing-masing mempunyai tiga aspek, karena
Hegel memang mengukai kepada angka tiga, saya hanya akan menyebutkan yang
relevant bagi tulisan ini. Yaitu aspek ketiga daripada jiwa objectif dan aspek
kedua dari jiwa absolute. Yang saya maksudkan dengan aspek ketiga daripada jiwa
objectif ialah Negara dan yang saya maksudkan dengan aspek kedua dari pada jiwa
mutlak adalah Agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar