Minggu, 04 Desember 2011

PROPOSAL METLIT


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Menurut H.L Blum bahwa derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu : faktor lingkungan, faktor prilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat terus ditingkatkan antara lain memenuhi pencegahan dan pemberantasan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat . Salah satu dari masalah tersebut adalah penyakit malaria.
Dalam rangka pencapaian Indonesia sehat tahun 2015 yang salah satu programnya menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit malaria di daerah endemis. Setiap pemerintah daerah kabupaten /kota diharapkan memiliki upaya maksimal untuk pencapaian program tersebut.
Salah satu penyakit yang banyak menyebabkan kematian  pada manusia dan disebabkan oleh plasmodium adalah malaria. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk anopheles. Ada empat jenis plasmodium penyebab malaria pada manusia yang dibawa oleh nyamuk Anopheles, yaitu plasmodium vivax, plasmodium falciparum, plasmodium  malariae, plasmodium ovale.
Secara epidemiologi penyebaran malaria dipengaruhi oleh 3 faktor penting yaitu : agent, host, environment. Ketiga factor tersebut saling mempengaruhi. Kejadian penyakit oleh vektor tergantung pada interaksi antara 3 komponen yang berbeda yaitu : parasit (berada pada tubuh host yang terinfeksi), vector atau host perantara (berperan dalam kejadian ) dan manusia yang retan terhadap penyakit.
Di Indonesia sendiri penderita malaria masih mencapai 1-2 juta orang pertahun, dimana yang meninggal mencapai angka 100 ribu jiwa. Meskipun yang memiliki kasus malaria paling tinggi adalah daerah papua, tapi menurut Nyoman sekitar 107 juta orang Indonesia tinggal di daerah endemis malaria yang tersebar dari Aceh sampai Papua, termasuk di Jawa yang padat penduduknya. Jadi masyarakat kita masih sangat rawan terjangkit penyakit yang disebarkan nyamuk anopheles ini.
Pada tahun 2005 kasus malaria di Kalimantan Barat sebanyak 30.775 kasus (42%), kemudian mengalami penurunan pada tahun 2006 menjadi 18.030 kasus (25%), selanjutnya mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebanyak 23.661 kasus (32%) (Dinkes Provinsi Kalimantan Barat, 2007).
Berdasarakan data profil kesehatan propinsi Kalimantan Barat Tahun 2007 terdapat 85.983 kasus Malaria Klinis dan 12.548 kasus Malaria Positif. Mengacu pada definisi operasional pada indikator Indonesia Sehat 2010, dimana penderita malaria di luar Jawa dan Bali adalah kasus dengan gejala klinis (demam tinggi disertai menggigil) dengan atau tanpa pemeriksaan sediaan darah di laboratorium, maka berdasarkan definisi operasional tersebut angka kesakitan malaria di Kalimantan Barat adalah 20,58 per 1.000 penduduk. Hal ini berati bahwa 20 orang dari setiap 1.000 penduduk terjangkit penyakit Malaria. Jika dibandingkan dengan target pada Indonesia sehat 2010 sebesar 5 per 1.000 penduduk, maka angka kesakitan malaria di Kalimantan Barat masih tergolong tinggi. Dari dua kasus tersebut (Klinis maupun Malaria positif), yang diobati adalah sebesar 61,4% dari target yang seharus nya 100% pada tahun 2010.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak,  kasus malaria  yang terjadi  9 bulan terakhir ini pada tahun 2010 yaitu di wilayah puskesmas Pal TigaKelurahan Sungai Jawi sebanyak 86 kasus.


B.       Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dirumuskan di atas, maka permasalahan dari penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara aktifitas penduduk (jenis pekerjaan dan prilaku penduduk), kondisi fisik rumah dan kondisi lingkungan sekitar rumah dengan kejadian penyakit malaria di wilayah puskesmas Pal TigaKelurahan Sungai Jawi Kota Pontianak ?


C.      Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara aktivitas penduduk (jenis pekerjaan dan prilaku penduduk), kondisi fisik rumah dan kondisi lingkungan sekitar rumah dengan kejadian penyakit malaria di wilayah puskesmas Pal TigaKelurahan Sungai Jawi Kota Pontianak.
2.      Tujuan Khusus
-          Mengetahui hubungan antara jenis pekerjaan penderita dengan kejadian malaria di wilayah puskesmas Pal TigaKelurahan Sungai Jawi Kota Pontianak.
-          Mengetahui hubungan antara prilaku penderita dengan kejadian malaria di wilayah puskesmas Pal TigaKelurahan Sungai Jawi Kota Pontianak.
-          Mengetahui hubungan antara ventilasi dengan kejadian malaria di wilayah puskesmas Pal TigaKelurahan Sungai Jawi Kota Pontianak.
-          Mengetahui hubungan antara langit-langit rumah dengan kejadian malaria di wilayah puskesmas Pal TigaKelurahan Sungai Jawi Kota Pontianak.
-          Mengetahui hubungan antara tempat perindukan nyamuk di sekitar rumah dengan kejadian malaria di wilayah puskesmas Pal TigaKelurahan Sungai Jawi Kota Pontianak.
-          Mengetahui hubungan antara kandang ternak di sekitar rumah dengan kejadian malaria di wilayah puskesmas Pal TigaKelurahan Sungai Jawi Kota Pontianak.


D.      Manfaat
1.      Meningkatkan efektivitas dan efisien program pengendalian malaria.
2.      Menekan kejadian penyakit malaria di wilayah puskesmas Pal TigaKelurahan Sungai Jawi Kota Pontianak.
3.      Bagi masyarakat dapat meningkatkan produktifitas dan menghindari kerugian materi dan keselamatan jiwa akibat penyakit malaria.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Pengertian Malaria
Istilah malaria diambil dari  dua  kata bahasa itali, yaitu Mal (buruk) dan area (udara) atau udara buruk karena banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Malaria adalah penyakit  yang disebabkan oleh sekelompok parasit yang disebut plasmodium . Plasmodium adalah parasit yang hidup dalam sel darah merah. Parasit merupakan organisme (mahluk hidup ) yang sangat kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Parasit tidak dapat hidup sendiri, tetapi harus mendapat makanan dari organisme lain untuk hidup dan berkembang.
 Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk berkembangbiak dan berpotensi melakukan kontak dengan manusia dan menularkan parasit malaria. Penyakit malaria adalah salah satu penyakit menular yang penularannya berlangsung melalui gigitan nyamuk Anopheles. Di Indonesia telah dilakukan keluaran kurang lebih 80 spesies anopheles, tetapi hanya 20 spesies yang terbukti menularkan penyakit malaria (Depkes, 1993). Nyamuk anopheles yang telah di identifikasi dan di konfirmasikan sebagai vektor malaria di indonesia ada 18 spesies dan bionomiknya juga berbeda-beda sehingga malaria di temukan di daerah pantai, hutan, persawahan, dan pegunungan (Kirnowardoyo, 1991a) . Penyakit malaria di sebabkan oleh parasit malaria (yaitu suatu protozoa darah yang termasuk genus plasmodium) yang di bawa oleh nyamuk anopheles. Ada 4 jenis plasmodium penyebab malaria pada manusia yaitu plasmodium vivax, plasmodium falciparum, plasmodium malariae, plasmodium ovale.masing-masing spesies plasmodium menyebabkan infeksi malaria yang berbeda-beda. Plasmodium vivax menyebabkan malaria vivax/tertiana, plasmodium falcifarum menyebabkan malaria falciparum/ tropika, plasmodium malariae menyebabkan malaria malariae/quartana, dan plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.
B.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyakit Malaria
1.      Aktivitas penduduk
-          Prilaku
Upaya pencegahan penyakit malaria salah satunya adalah melalui pendidikan kesehatan masyarakat, dan tujuan akhir dari pendidikan kesehatan masyarakat adalah perubahan prilaku yang belum sehat menjadi prilaku sehat, artinya prilaku yang mendasarkan pada prinsip-prinsip sehat atau kesehatan. Pendidikan yang di berikan kepada masyarakat harus direncanakan dengan menggunakan strategi yang tepat di sesuaikan dengan kelompok sasaran dan permasalahan kesehatan masyarakat yang ada. Strategi tersebut mencakup metode/cara, pendekatan dan teknik yang mungkin digunakan untuk mempengaruhi faktor prediposisi, pemungkin dan penguat yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi prilaku (Machfoedz dkk, 2005).
Strategi yang tepat agar masyarakat mudah dan cepat menerima pesan di perlukan alat bantu yang di sebut peraga. Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima pesan semakin banyak dan jelas pula pengetahuan yang diperoleh (Depkes RI, 1999).  Praktik prilaku keluarga terhadap upaya mengurangi gigitan nyamuk malaria adalah:
a.         Kebiasaan menggunakan kelambu
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menggunakan kelambu secara teratur pada waktu malam hari dapat mengurangi kejadian malaria. Penduduk yang tidak menggunakan kelambu mempunyai resiko 6,44 kali terkena malaria (Barodji, 2000).
b.      Kebiasaan menghindari gigitan nyamuk
Untuk menghindari gigitan nyamuk digunakan obat semprot, obat poles atau obat nyamuk bakar sehingga memperkecil kontak dengan nyamuk (Depkes RI, 1992).
c.       Kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari
Nyamuk penular malaria mempunyai keaktifan menggigit pada malam hari. Menurut Lestari (2007) nyamuk Anopheles paling aktif mencari darah pukul 21.00-03.00. Menurut Darmadi (2002), kebiasaan  penduduk berada di luar rumah pada malam hari antara pukul 21.00 s/d 22.00 berhubungan erat dengan kejadian malaria, karena frekuensi mengisap darah jam tersebut tinggi.

-          Pekerjaan
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktifitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang.
Sosial ekonomi penduduk memberikan pengaruh kepada daya tahan seseorang terhadap serangan penyakit. Kondisi lingkungan yang tidak saniter dan kondisi personal hygiene yang ren     bn
dah di negara-negara berkembang, mengakibatkan jenis penyakit didominasi oleh penyakit infeksi dan parasit, termasuk malaria. Dampak penting terhadap faktor sosial ekonomi seperti kebersihan lingkungan, kondisi rumah, pekerjaan dan kemiskinan memiliki dampak penting terhadap besarnya prevalensi penyakit malaria di Negara-negara berkembang.
Pekerjaan penduduk merupakan faktor social ekonomi yang penting kaitannya dengan resiko penularan malaria, jika penduduk yang berasal dari daerah yang endemis atau sebaliknya dari daerah yang endemis ke daerah yang bebas malaria.
Pekerjaan penduduk juga memberikan resiko terjadinya kontak dengan vektor. Thevasagayam 1985 (dalam Saepudin, 2003) mengatakan bahwa pekerjaan sebagai petani dengan berbagai aktivitasnya (pengairan sawah malam hari, menunggu sawah, kebun di malam hari), serta kedekatan dengan tempat peristirahatan dan vector Anopheles berpeluang sangat tinggi terjadinya panularan malaria. Kombinasi masalah antara pekerrjaan sebagai petani dan kondisi perumahan yang tidak rapat nyamuk adalah merupakan faktor resiko utama terjadinya peningkatan kasus malaria di Negara Tanzania.

2.      Kondisi Fisik Rumah
Rumah adalah struktur fisik, orang menggunakan untuk tempat berlindung yang dilengkapi beberapa fasilitas yang berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani baik untuk keluarga maupun individu. Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping pangan dan sandang, agar rumah dapat berfungsi sebagai tempat tinggal yang baik diperlukan beberapa persyaratan. Rumah sehat harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain:
a.    Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi kebutuhan fisik dasar dari penghuninya. Hal-hal yang perlu diperhatikan disini ialah:
-          Rumah tersebut harus terjamin penerangannya yang dibedakan atas cahaya matahari dan lampu.
-          Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna, sehingga aliran udara segar dapat terpelihara.
-          Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat dipertahankan suhu lingkungan.
b.    Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat dipenihi kebutuhan kejiwaan dasar dari penghuninya. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
-          Terjamin berlangsungnya hubungan yang serasi antara anggota keluarga yang tinggal bersama.
-          Menyediakan sarana yang menungkinkan dalam pelaksanaan pekerjaan rumah tangga tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan.
c.    Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dari penularan penyakit atau berhubungan dengan zat-zat yang membahayakan kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
-          Rumah yang didalamnya tersedia air bersih yang cukup.
-          Ada tempat pembuangan sampah dan tinja yang baik.
-          Terlindung dari pengotoran terhadap makanan.
-          Tidak menjadi tempat bersarang binatang melata ataupun penyebab penyakit lainnya.
d.      Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya kecelakaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
-          Rumah yang kokoh.
-          Terhindar dari bahaya kebakaran.
-          Alat-alat listrik yang terlindungi.
-          Terlindung dari kecelakaan lalu lintas (Azwar, 1996).
Kondisi fisik rumah berkaitan sekali dengan kejadian malaria, terutama yang berkaitan dengan mudah atau tidaknya nyamuk masuk ke dalam rumah adalah Langit-langit atau pembatas ruangan dinding bagian atas dengan atap yang terbuat dari kayu, interknit maupun anyaman bambu halus sebagai penghalang masuknya nyamuk ke dalam rumah dilihat dari ada tidaknya langit-langit pada semua atau sebagian ruangan rumah. Kualitas dinding yang tidal rapat jika dinding rumah terbuat dari anyaman bambu kasar ataupun kayu/papan yang terdapat lubang lebih dari 1,5 mm kuadrat akan mempermudah nyamuk masuk ke dalam rumah (Darmadi, 2002).
-          Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi utama adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Fungsi kedua daripada ventilasi adalah membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri terutama bakteri patogen yang cenderung hidup dan berkembang dalam ruangan dengan tingkat kelembapan yang tinggi. Dengan sirkulasi yang baik, bakteri akan terbawa oleh udara yang akan selalu mengalir. Pembuatan ventilasi yang baik yaitu sebesar 10% dari luas lantai rumah. Ventilasi yang tidak dipasang kawat kasa dapat mempermudah nyamuk masuk ke dalam rumah.

3.      Kondisi lingkungan sekitar rumah
Lingkungan fisik yang diperhatikan dalam kejadian malaria adalah jarak rumah dari tempat istirahat dan tempat perindukan yang disenangi nyamuk Anopheles seperti:

a. Semak-semak
Semak-semak adalah rumput atau tumbuhan berkayu yang rimbun, yang dibedakan dengan pohon karena cabangnya yang banyak dan tingginya yang lebih rendah yaitu kurang dari 1 meter yang dapat digunakan sebagai tempat istirahat nyamuk. Semak-semak dikatakan rimbun apabila tidal bisa ditembus olehsinar matahari, tidak rimbun apabila tidak bisa ditembus oleh sinar matahari. Adanya semak yang rimbun akan menghalangi sinar matahari menembus permukaan tanah, sehingga adanya semak-semak yang rimbun berakibat lingkungan menjadi teduh serta lembab dan keadaan ini merupakan tempat yang disenangi nyamuk anopheless, parit atau selokan yang digunakan untuk pembuangan air merupakan tempat berkembang biak dan disenangi nyamuk, dan kandang ternak sebagai tempat istirahat nyamuk sehingga jumlah populasi nyamuk di sekitar rumah bertambah (Handayani dkk, 2008).

b. Parit/selokan
Parit/selokan adalah saluran air yang digunakan untuk pembuangan air hujan, limbah rumah tangga yang menggenang, yang dapat digunakan sebagai tempat berkembang biak nyamuk.

c. Kandang ternak
Jarak kandang yang baik dari rumah adalah 100m. Pada umumnya masyarakat biasanya memiliki hewan ternak (sapi, kerbau, dan kambing)  sebanyak 1 sampai 4 ekor atau lebih. Untuk alasan keamanan, ternak tersebut pada malam hari dipelihara di dalam kandang yang menyatu dengan rumah. Sedangkan pada siang hari, hewan ternaknya diikat di halaman rumah atau padang rumput. Jika penempatan hewan ternak pada malam hari dekat dengan rumah penduduk (< 100m), maka dapat mempengaruhi kontak nyamuk dengan manusia, dan  itu akan berpengaruh besar terhadap penduduk. Banyak nyamuk datang karena tertarik untuk menghisap darah hewan ternak besar yang berada dekat dengan rumah, sehingga rumah tersebut mempunyai kepadatan nyamuk yang sangat tinggi. Hal tersebut akan mempengaruhi penularan penyakit malaria, karena nyamuk tidak hanya menggigit hewan saja tetapi manusia akan digigit pula. Jika letak kandangnya jauh dari rumah penduduk, kemungkinan kontak nyamuk dengan masyarakat tidak terlalu besar, karena nyamuk mempunyai kamampuan untuk terbang secara maksimal yaitu 100m.

4.      Perubahan iklim
Iklim adalah salah satu komponen pokok lingkungan fisik, yang terdiri dari: suhu, kelembaban, curah hujan, cahaya dan angin. Istilah sehari-hari untuk iklim adalah cuaca, yang mempunyai pengaruh yang luas dalam biologi, distribusi, dan kepadatan spesies nyamuk pada suatu waktu tertentu.
a.       Pengaruh suhu udara
Nyamuk adalah binatang berdarah dingin dan karenanya proses metabolisme dan siklus kehidupannya tergantung pada suhu lingkungan. Nyamuk tidak dapat mengatur suhu tubuhnya sendiri terhadap perubahan-perubahan di luar tubuhnya. Suhu rata-rata optimum untuk perkembangan nyamuk 25°-27° C. Nyamuk dapat bertahan hidup dalam suhu rendah, pertumbuhan nyamuk akan terhenti bila suhu kurang dari 10°C atau lebih dari 40°C.
b.      Pengaruh kelembaban udara
Kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air dalam udara yang biasanya dinyatakan dalam persen. Sistem pernapasan pada nyamuk menggunakan pipa udara yang disebut trakea dengan lubang-lubang pada dinding tubuh nyamuk yang disebut spirackle. Kelembaban yang tinggi menyebabkan nyamuk kurang kuat, dan pada waktu kering menyebabkan kematian yang banyak. Salah satu musuh nyamuk adalah penguapan.
c.       Pengaruh hujan
Hujan dapat mempengaruhi naiknya kelembaban udara dan menambah jumlah tempat perkembang biakan. Selalu banyak hujan akan banjir (jentik hanyut) dan terlalu kurang hujan menyebabkan kekeringan (jentik mati).
Kejadian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk biasanya meninggi beberapa waktu sebelum hujan lebat atau setelah hujan lebat. Curah hujan yang cukup tetapi dengan jangka waktu yang lama akan memperbesar kesempatan nyamuk untuk berkembang biak secara optimal.
d.      Pengaruh angin
Angin dapat mempengaruhi terbang nyamuk. Bila kecepatan angin 11 s/d 14 meter perdetik atau 25 s/d 31 mil perjam akan menghambat perkembangan nyamuk.





C.    Kerangka Teori
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan tersebut, maka dapat disusun kerangka teori sebagai berikut:

Kondisi fisik rumah
1.      Ventilasi
2.      Langit-langit
3.      Dinding

Kondisi lingkungan sekitar rumah
1.      Semak-semak
2.      Parit/Selokan
3.      Kandang Ternak
4.      Iklim
5.      Kelembaban
6.      Suhu
7.      Hujan
8.      Angin

Kejadian/Penularan Malaria
 
Karakteristik masyarakat
1.      Jenis pekerjaan
2.      Kebiasaan keluar rumah pada malam hari
3.      Kebiasaan memakai kelambu
4.       Kebiasaan memakai obat anti nyamuk
Manusia
Nyamuk Anopheles spp
 











Kerangka Teori






BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL

A.    Kerangka Konsep

Variabel Bebas
1.      Pekerjaan
2.      Prilaku
3.      Ventilasi
4.      Syarat langit-langit
5.      Jenis tempat perindukan nyamuk
6.      Keberadaan kandang ternak

Variabel Pengganggu
Iklim*
Kelembaban*
Suhu*
Hujan*
Angin*


Variabel Terikat
Kejadian Malaria
 














Catatan:
*) Hanya dilakukan pengukuran


B.     Variabel Penelitian
Adapun variabel penelitiannya adalah:
1.      Variabel Bebas
-          Pekerjaan Penderita
-          Prilaku Penderita
-          Ventilasi
-          Syarat langit-langit
-          Jenis tempat perindukan nyamuk
-          Keberadaan kandang ternak

2.      Variabel terikat
Kejadian Malaria Di wilayah puskesmas Pal TigaKelurahan Sungai Jawi Kota Pontianak.















C.    Definisi Operasional

Tabel Definisi Operasional

Variabel
DO
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukuran
Skala
Variabel Bebas
Pekerjaan
Suatu usaha atau profesi yang dimiliki responden yang bertujuan untuk mendapatkan penghasilan
Wawancara

Kuisioner
1.      Petani
2.      Bukan petani
Nominal
Prilaku

Hal-hal yang dilakukan responden  untuk mencegah diri terhadap kontak langsung dengan nyamuk Anopheles.
Wawancara

Kuisioner
1.      Baik (≥ rata-rata)
2.      Kurang (<rata-rata)
Ordinal
Ventilasi

Lubang angin yang memungkinkan untuk keluar masuknya nyamuk Anopheles ke dalam rumah dilihat dari ada tidaknya kawat kasa
Observasi

Checklist
1.      Ada
2.      Tidak ada
Nominal
Langit-langit
Pembatas ruangan dinding bagian atas dengan atap yang terbuat dari kayu, internit maupun anyaman bambu halus sebagai penghalang masuknya nyamuk ke dalam rumah dilihat dari ada tidaknya langit-langit pada semua atau sebagian ruangan rumah
Observasi

Checklist
1.      Ada
2.      Tidak ada
Nominal
Tempat perindukan nyamuk
Tempat nyamuk berkembang biak yang berada di sekitar rumah
Observasi

Checklist
1.      Tumbuhan air
2.      Kolam
3.      Semak-semak
Nominal
Kandang ternak
Bangunan yang dipergunakan sebagai tempat memelihara ternak seperti sapi, kerbau maupun kambing oleh masyarakat setempat
Observasi

Checklist
1.      Ada
2.      Tidak ada
Nominal
Variabel terikat
Kejadian Malaria
Adanya kejadian penyakit malaria yang terjadi 9 bulan terakhir pada salah satu anggota keluarga masyarakat di wilayah puskesmas Pal Tiga Kelurahan Sungai Jawi Kota Pontianak berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak (berdasarkan medical record)
Wawancara
Kuisioner
1.      Ya
2.      Tidak
Nominal





D.    Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha), yaitu:
1.      Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan kejadian malaria di daerah Pal Tiga Kota Pontianak
2.      Ada hubungan antara prilaku dengan kejadian malaria di daerah Pal Tiga Kota Pontianak
3.      Ada hubungan antara ventilasi dengan kejadian malaria di daerah Pal Tiga Kota Pontianak
4.      Ada hubungan antara langit-langit rumah dengan kejadian malaria di daerah Pal Tiga Kota Pontianak
5.      Ada hubungan antara ada tidaknya tempat perindukan nyamuk di sekitar rumah dengan kejadian malaria di daerah Pal Tiga Kota Pontianak
6.      Ada hubungan antara ada tidaknya kandang ternak di sekitar rumah dengan kejadian malaria di daerah Pal Tiga Kota Pontianak














BAB IV
METODE PENELITIAN

A.    Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observational dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dipilih untuk melakukan pengukuran terhadap

B.     Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di wilayah puskesmas Pal TigaKelurahan Sungai Jawi Kota Pontianak pada bulan November 2010.

C.    Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di wilayah Puskesmas Pal Tiga Kelurahan Sungai Jawi Kota Pontianak yang beresiko menderita malaria yaitu berjumlah 37960 orang.
2.      Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti), penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan metode (Azwar, A. 2003) dalam rumus:
 
                                            dan               


Ket:
N = Jumlah sampel
p = Rata-rata jumlah kasus 9 bulan terakhir tahun 2010 di wilayah Puskesmas Pal Tiga
q = 100% - p
L = Derajat kesalahan yang dipergunakan lazimnya 5%
 = Jumlah sampel sebenarnya
N = Jumlah populasi
S = Standar Deviasi


Dengan perhitungan sebagai berikut:
N = 37960
                  
    = 0,23%
q = 100% - 0,23% = 99,77% = 0,99
                      = 364
           
                        = 360 orang sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik proportionate random sampling dimana sampel diambil secara acak berdasarkan proporsi di wilayah Puskesmas Pal TigaKelurahan Sungai Jawi, pengambilan sampel di tiap RT di laksanakan secara sistematis random,dimana pengambilan sampel berdasarkan  urutan dari anggota populasi yang telah di beri nomor urut.


           
D.    Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan data primer dan data sekunder, yaitu:
1.      Data Primer
Data primer diperoleh dengan wawancara secara langsung pada responden sebagai sasaran dalam penelitian ini dengan instrument pengumpulan data adalah kuesioner. Kuesioner sebagai alat pengumpul telah diuji validitas dan reabilitasnya terlebih dahulu sebelum digunakan alat ukur oleh peneliti dengan jumlah sampel minimal 30 responden.
2.      Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak untuk mengetahui jumlah masyarakat dan jumlah kasus penderita malaria yang berada di wilayah puskesmas Pal Tiga kelurahan sungai jawi.

E.     Teknik Pengolahan dan Penyajian Data
Data yang diperoleh dari responden kemudian dikumpulkan dengan lengkap, kemudian diolah dengan cara editing, coding, scoring, dan tabulating.
·         Editing yaitu memeriksa dan menyesuaikan data dengan rencana semula.
·         Coding adalah memberikan kode-kode terhadap item-item yang tidak diberi skor atau pengubah kata- kata menjadi angka.
·         Scoring adalah memberikan skor terhadap item–item yang perlu diberi skor.
·         Tabulating adalah pengelompokan data suatu table untuk memudahkan analisis.
Data yang telah diolah disajikan dalam bentuk narasi atau table dengan tujuan agar lebih memudahkan bagi para pembaca dan lebih praktis.
F.     Teknik Analisa Data

Tidak ada komentar:

Posting Komentar