BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Menurut
H.L Blum bahwa derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu :
faktor lingkungan, faktor prilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor
keturunan. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat terus ditingkatkan antara lain
memenuhi pencegahan dan pemberantasan penyakit menular yang masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat . Salah satu dari masalah tersebut adalah penyakit
malaria.
Dalam
rangka pencapaian Indonesia sehat tahun 2015 yang salah satu programnya
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit malaria di daerah
endemis. Setiap pemerintah daerah kabupaten /kota diharapkan memiliki upaya
maksimal untuk pencapaian program tersebut.
Salah
satu penyakit yang banyak menyebabkan kematian pada manusia dan disebabkan oleh plasmodium adalah malaria. Malaria
adalah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk anopheles.
Ada empat jenis plasmodium penyebab malaria pada manusia yang dibawa oleh
nyamuk Anopheles, yaitu plasmodium vivax, plasmodium falciparum,
plasmodium malariae, plasmodium ovale.
Secara
epidemiologi penyebaran malaria dipengaruhi oleh 3 faktor penting yaitu : agent,
host, environment. Ketiga factor tersebut saling mempengaruhi. Kejadian
penyakit oleh vektor tergantung pada interaksi antara 3 komponen yang berbeda
yaitu : parasit (berada pada tubuh host yang terinfeksi), vector atau host
perantara (berperan dalam kejadian ) dan manusia yang retan terhadap penyakit.
Di
Indonesia sendiri penderita malaria masih mencapai 1-2 juta orang pertahun,
dimana yang meninggal mencapai angka 100 ribu jiwa. Meskipun yang memiliki
kasus malaria paling tinggi adalah daerah papua, tapi menurut Nyoman sekitar
107 juta orang Indonesia tinggal di daerah endemis malaria yang tersebar dari
Aceh sampai Papua, termasuk di Jawa yang padat penduduknya. Jadi masyarakat
kita masih sangat rawan terjangkit penyakit yang disebarkan nyamuk anopheles
ini.
Pada
tahun 2005 kasus malaria di Kalimantan Barat sebanyak 30.775 kasus (42%),
kemudian mengalami penurunan pada tahun 2006 menjadi 18.030 kasus (25%),
selanjutnya mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebanyak 23.661 kasus (32%)
(Dinkes Provinsi Kalimantan Barat, 2007).
Berdasarakan
data profil kesehatan propinsi Kalimantan Barat Tahun 2007 terdapat 85.983
kasus Malaria Klinis dan 12.548 kasus Malaria Positif. Mengacu pada definisi
operasional pada indikator Indonesia Sehat 2010, dimana penderita malaria di
luar Jawa dan Bali adalah kasus dengan gejala klinis (demam tinggi disertai
menggigil) dengan atau tanpa pemeriksaan sediaan darah di laboratorium, maka
berdasarkan definisi operasional tersebut angka kesakitan malaria di Kalimantan
Barat adalah 20,58 per 1.000 penduduk. Hal ini berati bahwa 20 orang dari
setiap 1.000 penduduk terjangkit penyakit Malaria. Jika dibandingkan dengan
target pada Indonesia sehat 2010 sebesar 5 per 1.000 penduduk, maka angka
kesakitan malaria di Kalimantan Barat masih tergolong tinggi. Dari dua kasus
tersebut (Klinis maupun Malaria positif), yang diobati adalah sebesar 61,4%
dari target yang seharus nya 100% pada tahun 2010.
Berdasarkan
data dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak,
kasus malaria yang terjadi 9 bulan terakhir ini pada tahun 2010 yaitu di wilayah
puskesmas Pal TigaKelurahan Sungai Jawi sebanyak 86 kasus.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dirumuskan di atas, maka permasalahan dari penelitian
ini adalah apakah ada hubungan antara aktifitas penduduk (jenis pekerjaan dan
prilaku penduduk), kondisi fisik rumah dan kondisi lingkungan sekitar rumah
dengan kejadian penyakit malaria di wilayah puskesmas Pal TigaKelurahan Sungai
Jawi Kota Pontianak ?
C.
Tujuan
1. Tujuan
Umum
Untuk
mengetahui hubungan antara aktivitas penduduk (jenis pekerjaan dan prilaku
penduduk), kondisi fisik rumah dan kondisi lingkungan sekitar rumah dengan kejadian
penyakit malaria di wilayah puskesmas Pal TigaKelurahan Sungai Jawi Kota
Pontianak.
2. Tujuan
Khusus
-
Mengetahui hubungan antara jenis
pekerjaan penderita dengan kejadian malaria di wilayah puskesmas Pal
TigaKelurahan Sungai Jawi Kota Pontianak.
-
Mengetahui hubungan antara prilaku
penderita dengan kejadian malaria di wilayah puskesmas Pal TigaKelurahan Sungai
Jawi Kota Pontianak.
-
Mengetahui hubungan antara ventilasi
dengan kejadian malaria di wilayah puskesmas Pal TigaKelurahan Sungai Jawi Kota
Pontianak.
-
Mengetahui hubungan antara langit-langit
rumah dengan kejadian malaria di wilayah puskesmas Pal TigaKelurahan Sungai
Jawi Kota Pontianak.
-
Mengetahui hubungan antara tempat
perindukan nyamuk di sekitar rumah dengan kejadian malaria di wilayah puskesmas
Pal TigaKelurahan Sungai Jawi Kota Pontianak.
-
Mengetahui hubungan antara kandang
ternak di sekitar rumah dengan kejadian malaria di wilayah puskesmas Pal
TigaKelurahan Sungai Jawi Kota Pontianak.
D.
Manfaat
1. Meningkatkan
efektivitas dan efisien program pengendalian malaria.
2. Menekan
kejadian penyakit malaria di wilayah puskesmas Pal TigaKelurahan Sungai Jawi
Kota Pontianak.
3. Bagi
masyarakat dapat meningkatkan produktifitas dan menghindari kerugian materi dan
keselamatan jiwa akibat penyakit malaria.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian
Malaria
Istilah malaria diambil dari dua
kata bahasa itali, yaitu Mal (buruk) dan area (udara) atau udara buruk
karena banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Malaria adalah
penyakit yang disebabkan oleh sekelompok parasit yang disebut plasmodium
. Plasmodium
adalah parasit yang hidup dalam sel darah merah. Parasit merupakan organisme
(mahluk hidup ) yang sangat kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Parasit tidak dapat hidup sendiri, tetapi harus mendapat makanan
dari organisme lain untuk hidup dan berkembang.
Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini
sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk
untuk berkembangbiak dan berpotensi melakukan kontak dengan manusia dan
menularkan parasit malaria.
Penyakit malaria adalah salah satu penyakit menular yang penularannya
berlangsung melalui gigitan nyamuk Anopheles. Di Indonesia telah dilakukan
keluaran kurang lebih 80 spesies anopheles, tetapi hanya 20 spesies yang
terbukti menularkan penyakit malaria (Depkes, 1993). Nyamuk anopheles yang
telah di identifikasi dan di konfirmasikan sebagai vektor malaria di indonesia
ada 18 spesies dan bionomiknya juga berbeda-beda sehingga malaria di temukan di
daerah pantai, hutan, persawahan, dan pegunungan (Kirnowardoyo, 1991a) . Penyakit
malaria di sebabkan oleh parasit malaria (yaitu suatu protozoa darah yang
termasuk genus plasmodium) yang di bawa oleh nyamuk anopheles. Ada 4 jenis
plasmodium penyebab malaria pada manusia yaitu plasmodium vivax, plasmodium falciparum, plasmodium malariae,
plasmodium ovale.masing-masing spesies plasmodium menyebabkan infeksi
malaria yang berbeda-beda. Plasmodium
vivax menyebabkan malaria vivax/tertiana,
plasmodium falcifarum menyebabkan malaria falciparum/ tropika, plasmodium malariae menyebabkan malaria malariae/quartana, dan plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.
B.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penyakit Malaria
1.
Aktivitas penduduk
-
Prilaku
Upaya pencegahan penyakit malaria
salah satunya adalah melalui pendidikan kesehatan masyarakat, dan tujuan akhir
dari pendidikan kesehatan masyarakat adalah perubahan prilaku yang belum sehat
menjadi prilaku sehat, artinya prilaku yang mendasarkan pada prinsip-prinsip
sehat atau kesehatan. Pendidikan yang di berikan kepada masyarakat harus
direncanakan dengan menggunakan strategi yang tepat di sesuaikan dengan kelompok
sasaran dan permasalahan kesehatan masyarakat yang ada. Strategi tersebut
mencakup metode/cara, pendekatan dan teknik yang mungkin digunakan untuk
mempengaruhi faktor prediposisi, pemungkin dan penguat yang secara langsung
atau tidak langsung mempengaruhi prilaku (Machfoedz dkk, 2005).
Strategi yang tepat agar masyarakat
mudah dan cepat menerima pesan di perlukan alat bantu yang di sebut peraga.
Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima pesan semakin banyak dan
jelas pula pengetahuan yang diperoleh (Depkes RI, 1999). Praktik prilaku keluarga terhadap upaya
mengurangi gigitan nyamuk malaria adalah:
a.
Kebiasaan
menggunakan kelambu
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menggunakan kelambu
secara teratur pada waktu malam hari dapat mengurangi kejadian malaria.
Penduduk yang tidak menggunakan kelambu mempunyai resiko 6,44 kali terkena
malaria (Barodji, 2000).
b. Kebiasaan menghindari gigitan nyamuk
Untuk menghindari gigitan nyamuk digunakan obat semprot,
obat poles atau obat nyamuk bakar sehingga memperkecil kontak dengan nyamuk
(Depkes RI, 1992).
c. Kebiasaan berada di luar rumah pada
malam hari
Nyamuk penular malaria mempunyai keaktifan menggigit pada
malam hari. Menurut Lestari (2007) nyamuk Anopheles paling aktif mencari darah
pukul 21.00-03.00. Menurut Darmadi (2002), kebiasaan penduduk berada di luar rumah pada malam hari
antara pukul 21.00 s/d 22.00 berhubungan erat dengan kejadian malaria, karena
frekuensi mengisap darah jam tersebut tinggi.
-
Pekerjaan
Pekerjaan dalam arti luas adalah
aktifitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah
pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi
seseorang.
Sosial ekonomi penduduk memberikan
pengaruh kepada daya tahan seseorang terhadap serangan penyakit. Kondisi lingkungan
yang tidak saniter dan kondisi personal hygiene yang ren bn
dah di negara-negara berkembang,
mengakibatkan jenis penyakit didominasi oleh penyakit infeksi dan parasit,
termasuk malaria. Dampak penting terhadap faktor sosial ekonomi seperti kebersihan
lingkungan, kondisi rumah, pekerjaan dan kemiskinan memiliki dampak penting
terhadap besarnya prevalensi penyakit malaria di Negara-negara berkembang.
Pekerjaan penduduk merupakan faktor
social ekonomi yang penting kaitannya dengan resiko penularan malaria, jika
penduduk yang berasal dari daerah yang endemis atau sebaliknya dari daerah yang
endemis ke daerah yang bebas malaria.
Pekerjaan penduduk juga memberikan
resiko terjadinya kontak dengan vektor. Thevasagayam 1985 (dalam Saepudin,
2003) mengatakan bahwa pekerjaan sebagai petani dengan berbagai aktivitasnya
(pengairan sawah malam hari, menunggu sawah, kebun di malam hari), serta
kedekatan dengan tempat peristirahatan dan vector Anopheles berpeluang sangat
tinggi terjadinya panularan malaria. Kombinasi masalah antara pekerrjaan sebagai
petani dan kondisi perumahan yang tidak rapat nyamuk adalah merupakan faktor
resiko utama terjadinya peningkatan kasus malaria di Negara Tanzania.
2.
Kondisi Fisik Rumah
Rumah adalah struktur fisik, orang
menggunakan untuk tempat berlindung yang dilengkapi beberapa fasilitas yang
berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani baik untuk keluarga maupun individu.
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping pangan dan
sandang, agar rumah dapat berfungsi sebagai tempat tinggal yang baik diperlukan
beberapa persyaratan. Rumah sehat harus memenuhi beberapa persyaratan, antara
lain:
a. Rumah harus dibangun sedemikian rupa
sehingga dapat terpenuhi kebutuhan fisik dasar dari penghuninya. Hal-hal yang
perlu diperhatikan disini ialah:
-
Rumah
tersebut harus terjamin penerangannya yang dibedakan atas cahaya matahari dan
lampu.
-
Rumah
tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna, sehingga aliran udara segar
dapat terpelihara.
-
Rumah
tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat dipertahankan suhu
lingkungan.
b. Rumah harus dibangun sedemikian rupa
sehingga dapat dipenihi kebutuhan kejiwaan dasar dari penghuninya. Hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah:
-
Terjamin
berlangsungnya hubungan yang serasi antara anggota keluarga yang tinggal
bersama.
-
Menyediakan
sarana yang menungkinkan dalam pelaksanaan pekerjaan rumah tangga tanpa
menimbulkan kelelahan yang berlebihan.
c. Rumah tersebut harus dibangun
sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dari penularan penyakit atau
berhubungan dengan zat-zat yang membahayakan kesehatan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah:
-
Rumah
yang didalamnya tersedia air bersih yang cukup.
-
Ada
tempat pembuangan sampah dan tinja yang baik.
-
Terlindung
dari pengotoran terhadap makanan.
-
Tidak
menjadi tempat bersarang binatang melata ataupun penyebab penyakit lainnya.
d. Rumah harus dibangun sedemikian rupa
sehingga dapat melindungi penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya
kecelakaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
-
Rumah
yang kokoh.
-
Terhindar
dari bahaya kebakaran.
-
Alat-alat
listrik yang terlindungi.
-
Terlindung
dari kecelakaan lalu lintas (Azwar, 1996).
Kondisi
fisik rumah berkaitan sekali dengan kejadian malaria, terutama yang berkaitan
dengan mudah atau tidaknya nyamuk masuk ke dalam rumah adalah Langit-langit
atau pembatas ruangan dinding bagian atas dengan atap yang terbuat dari kayu,
interknit maupun anyaman bambu halus sebagai penghalang masuknya nyamuk ke
dalam rumah dilihat dari ada tidaknya langit-langit pada semua atau sebagian
ruangan rumah. Kualitas dinding yang tidal rapat jika dinding rumah terbuat
dari anyaman bambu kasar ataupun kayu/papan yang terdapat lubang lebih dari 1,5
mm kuadrat akan mempermudah nyamuk masuk ke dalam rumah (Darmadi, 2002).
-
Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi.
Fungsi utama adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut
tetap segar. Fungsi kedua daripada ventilasi adalah membebaskan udara ruangan
dari bakteri-bakteri terutama bakteri patogen yang cenderung hidup dan berkembang
dalam ruangan dengan tingkat kelembapan yang tinggi. Dengan sirkulasi yang
baik, bakteri akan terbawa oleh udara yang akan selalu mengalir. Pembuatan
ventilasi yang baik yaitu sebesar 10% dari luas lantai rumah. Ventilasi yang tidak dipasang kawat
kasa dapat mempermudah nyamuk masuk ke dalam rumah.
3.
Kondisi lingkungan sekitar rumah
Lingkungan
fisik yang diperhatikan dalam kejadian malaria adalah jarak rumah dari tempat
istirahat dan tempat perindukan yang disenangi nyamuk Anopheles seperti:
a. Semak-semak
Semak-semak
adalah rumput atau tumbuhan berkayu yang rimbun, yang dibedakan dengan pohon
karena cabangnya yang banyak dan tingginya yang lebih rendah yaitu kurang dari
1 meter yang dapat digunakan sebagai tempat istirahat nyamuk. Semak-semak dikatakan
rimbun apabila tidal bisa ditembus olehsinar matahari, tidak rimbun apabila
tidak bisa ditembus oleh sinar matahari. Adanya semak yang rimbun akan
menghalangi sinar matahari menembus permukaan tanah, sehingga adanya
semak-semak yang rimbun berakibat lingkungan menjadi teduh serta lembab dan
keadaan ini merupakan tempat yang disenangi nyamuk anopheless, parit atau
selokan yang digunakan untuk pembuangan air merupakan tempat berkembang biak
dan disenangi nyamuk, dan kandang ternak sebagai tempat istirahat nyamuk
sehingga jumlah populasi nyamuk di sekitar rumah bertambah (Handayani dkk, 2008).
b.
Parit/selokan
Parit/selokan
adalah saluran air yang digunakan untuk pembuangan air hujan, limbah rumah
tangga yang menggenang, yang dapat digunakan sebagai tempat berkembang biak
nyamuk.
c.
Kandang ternak
Jarak kandang yang baik dari rumah adalah 100m. Pada
umumnya masyarakat biasanya memiliki hewan ternak (sapi, kerbau, dan
kambing) sebanyak 1 sampai 4 ekor atau
lebih. Untuk alasan keamanan, ternak tersebut pada malam hari dipelihara di
dalam kandang yang menyatu dengan rumah. Sedangkan pada siang hari, hewan
ternaknya diikat di halaman rumah atau padang rumput. Jika penempatan hewan
ternak pada malam hari dekat dengan rumah penduduk (< 100m), maka dapat
mempengaruhi kontak nyamuk dengan manusia, dan
itu akan berpengaruh besar terhadap penduduk. Banyak nyamuk datang karena
tertarik untuk menghisap darah hewan ternak besar yang berada dekat dengan
rumah, sehingga rumah tersebut mempunyai kepadatan nyamuk yang sangat tinggi.
Hal tersebut akan mempengaruhi penularan penyakit malaria, karena nyamuk tidak
hanya menggigit hewan saja tetapi manusia akan digigit pula. Jika letak
kandangnya jauh dari rumah penduduk, kemungkinan kontak nyamuk dengan
masyarakat tidak terlalu besar, karena nyamuk mempunyai kamampuan untuk terbang
secara maksimal yaitu 100m.
4.
Perubahan iklim
Iklim
adalah salah satu komponen pokok lingkungan fisik, yang terdiri dari: suhu,
kelembaban, curah hujan, cahaya dan angin. Istilah sehari-hari untuk iklim
adalah cuaca, yang mempunyai pengaruh yang luas dalam biologi, distribusi, dan
kepadatan spesies nyamuk pada suatu waktu tertentu.
a. Pengaruh suhu udara
Nyamuk adalah binatang berdarah
dingin dan karenanya proses metabolisme dan siklus kehidupannya tergantung pada
suhu lingkungan. Nyamuk tidak dapat mengatur suhu tubuhnya sendiri terhadap
perubahan-perubahan di luar tubuhnya. Suhu rata-rata optimum untuk perkembangan
nyamuk 25°-27° C. Nyamuk dapat bertahan hidup dalam suhu rendah, pertumbuhan
nyamuk akan terhenti bila suhu kurang dari 10°C atau lebih dari 40°C.
b. Pengaruh kelembaban udara
Kelembaban udara adalah banyaknya
kandungan uap air dalam udara yang biasanya dinyatakan dalam persen. Sistem
pernapasan pada nyamuk menggunakan pipa udara yang disebut trakea dengan
lubang-lubang pada dinding tubuh nyamuk yang disebut spirackle. Kelembaban yang
tinggi menyebabkan nyamuk kurang kuat, dan pada waktu kering menyebabkan
kematian yang banyak. Salah satu musuh nyamuk adalah penguapan.
c. Pengaruh hujan
Hujan dapat mempengaruhi naiknya kelembaban
udara dan menambah jumlah tempat perkembang biakan. Selalu banyak hujan akan
banjir (jentik hanyut) dan terlalu kurang hujan menyebabkan kekeringan (jentik
mati).
Kejadian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk biasanya
meninggi beberapa waktu sebelum hujan lebat atau setelah hujan lebat. Curah
hujan yang cukup tetapi dengan jangka waktu yang lama akan memperbesar
kesempatan nyamuk untuk berkembang biak secara optimal.
d. Pengaruh angin
Angin dapat mempengaruhi terbang nyamuk. Bila kecepatan
angin 11 s/d 14 meter perdetik atau 25 s/d 31 mil perjam akan menghambat
perkembangan nyamuk.
C.
Kerangka Teori
Berdasarkan teori yang telah
dipaparkan tersebut, maka dapat disusun kerangka teori sebagai berikut:
Kondisi fisik rumah
1. Ventilasi
2. Langit-langit
3. Dinding
Kondisi lingkungan sekitar rumah
1. Semak-semak
2. Parit/Selokan
3. Kandang
Ternak
4. Iklim
5. Kelembaban
6. Suhu
7. Hujan
8. Angin
|
Kejadian/Penularan
Malaria
|
Karakteristik
masyarakat
1. Jenis
pekerjaan
2. Kebiasaan
keluar rumah pada malam hari
3. Kebiasaan
memakai kelambu
4.
Kebiasaan memakai obat anti
nyamuk
|
Manusia
|
Nyamuk
Anopheles spp
|
Kerangka Teori
BAB
III
KERANGKA
KONSEPTUAL
A.
Kerangka Konsep
Variabel Bebas
1. Pekerjaan
2. Prilaku
3. Ventilasi
4. Syarat
langit-langit
5. Jenis
tempat perindukan nyamuk
6. Keberadaan
kandang ternak
|
Variabel Pengganggu
Iklim*
Kelembaban*
Suhu*
Hujan*
Angin*
|
Variabel Terikat
Kejadian
Malaria
|
Catatan:
*)
Hanya
dilakukan pengukuran
B.
Variabel
Penelitian
Adapun
variabel penelitiannya adalah:
1. Variabel
Bebas
-
Pekerjaan Penderita
-
Prilaku Penderita
-
Ventilasi
-
Syarat langit-langit
-
Jenis tempat perindukan nyamuk
-
Keberadaan kandang ternak
2. Variabel
terikat
Kejadian Malaria Di wilayah
puskesmas Pal TigaKelurahan Sungai Jawi Kota Pontianak.
C.
Definisi
Operasional
Tabel
Definisi Operasional
Variabel
|
DO
|
Cara
Ukur
|
Alat
Ukur
|
Hasil
Ukuran
|
Skala
|
Variabel
Bebas
|
|||||
Pekerjaan
|
Suatu
usaha atau profesi yang dimiliki responden yang bertujuan untuk mendapatkan
penghasilan
|
Wawancara
|
Kuisioner
|
1.
Petani
2.
Bukan
petani
|
Nominal
|
Prilaku
|
Hal-hal
yang dilakukan responden untuk mencegah
diri terhadap kontak langsung dengan nyamuk Anopheles.
|
Wawancara
|
Kuisioner
|
1.
Baik
(≥ rata-rata)
2.
Kurang
(<rata-rata)
|
Ordinal
|
Ventilasi
|
Lubang
angin yang memungkinkan untuk keluar masuknya nyamuk Anopheles ke dalam rumah
dilihat dari ada tidaknya kawat kasa
|
Observasi
|
Checklist
|
1.
Ada
2.
Tidak
ada
|
Nominal
|
Langit-langit
|
Pembatas
ruangan dinding bagian atas dengan atap yang terbuat dari kayu, internit
maupun anyaman bambu halus sebagai penghalang masuknya nyamuk ke dalam rumah
dilihat dari ada tidaknya langit-langit pada semua atau sebagian ruangan
rumah
|
Observasi
|
Checklist
|
1.
Ada
2.
Tidak
ada
|
Nominal
|
Tempat
perindukan nyamuk
|
Tempat
nyamuk berkembang biak yang berada di sekitar rumah
|
Observasi
|
Checklist
|
1.
Tumbuhan
air
2.
Kolam
3.
Semak-semak
|
Nominal
|
Kandang
ternak
|
Bangunan
yang dipergunakan sebagai tempat memelihara ternak seperti sapi, kerbau
maupun kambing oleh masyarakat setempat
|
Observasi
|
Checklist
|
1.
Ada
2.
Tidak
ada
|
Nominal
|
Variabel
terikat
|
|||||
Kejadian
Malaria
|
Adanya kejadian penyakit malaria
yang terjadi 9 bulan terakhir pada salah satu anggota keluarga masyarakat di wilayah
puskesmas Pal Tiga Kelurahan Sungai Jawi Kota Pontianak berdasarkan informasi
dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak (berdasarkan medical record)
|
Wawancara
|
Kuisioner
|
1.
Ya
2.
Tidak
|
Nominal
|
D.
Hipotesis
Hipotesis
dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha), yaitu:
1. Ada
hubungan antara jenis pekerjaan dengan kejadian malaria di daerah Pal Tiga Kota
Pontianak
2. Ada
hubungan antara prilaku dengan kejadian malaria di daerah Pal Tiga Kota
Pontianak
3. Ada
hubungan antara ventilasi dengan kejadian malaria di daerah Pal Tiga Kota
Pontianak
4. Ada
hubungan antara langit-langit rumah dengan kejadian malaria di daerah Pal Tiga
Kota Pontianak
5. Ada
hubungan antara ada tidaknya tempat perindukan nyamuk di sekitar rumah dengan
kejadian malaria di daerah Pal Tiga Kota Pontianak
6. Ada
hubungan antara ada tidaknya kandang ternak di sekitar rumah dengan kejadian
malaria di daerah Pal Tiga Kota Pontianak
BAB IV
METODE PENELITIAN
A.
Desain
Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observational dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dipilih
untuk melakukan pengukuran terhadap
B.
Lokasi
dan Waktu Penelitian
Penelitian
dilaksanakan di wilayah puskesmas Pal TigaKelurahan Sungai Jawi Kota Pontianak pada
bulan November 2010.
C.
Populasi
dan Sampel
1.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
masyarakat di wilayah Puskesmas Pal Tiga Kelurahan Sungai Jawi Kota Pontianak yang
beresiko menderita malaria yaitu berjumlah 37960 orang.
2.
Sampel
Sampel
adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti),
penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan metode (Azwar, A.
2003) dalam rumus:
|
|
dan
Ket:
N = Jumlah sampel
p
= Rata-rata jumlah kasus 9 bulan terakhir tahun 2010 di wilayah Puskesmas Pal
Tiga
q = 100% - p
L = Derajat kesalahan
yang dipergunakan lazimnya 5%
N = Jumlah populasi
S = Standar Deviasi
Dengan perhitungan
sebagai berikut:
N = 37960
= 0,23%
q = 100% - 0,23% = 99,77% = 0,99
= 364
= 360 orang sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian
ini menggunakan teknik proportionate
random sampling dimana sampel diambil secara acak berdasarkan proporsi di wilayah
Puskesmas Pal TigaKelurahan Sungai Jawi, pengambilan sampel di tiap RT di laksanakan
secara sistematis random,dimana
pengambilan sampel berdasarkan urutan
dari anggota populasi yang telah di beri nomor urut.
D.
Teknik
dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan
data primer dan data sekunder, yaitu:
1.
Data
Primer
Data
primer diperoleh dengan wawancara secara langsung pada responden sebagai
sasaran dalam penelitian ini dengan instrument pengumpulan data adalah
kuesioner. Kuesioner sebagai alat pengumpul telah diuji validitas dan
reabilitasnya terlebih dahulu sebelum digunakan alat ukur oleh peneliti dengan
jumlah sampel minimal 30 responden.
2.
Data
Sekunder
Data
sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak untuk mengetahui jumlah
masyarakat dan jumlah kasus penderita malaria yang berada di wilayah puskesmas
Pal Tiga kelurahan sungai jawi.
E.
Teknik
Pengolahan dan Penyajian Data
Data yang diperoleh dari responden kemudian
dikumpulkan dengan lengkap, kemudian diolah dengan cara editing, coding,
scoring, dan tabulating.
·
Editing
yaitu memeriksa dan menyesuaikan data dengan rencana semula.
·
Coding
adalah memberikan kode-kode terhadap item-item yang tidak diberi skor atau
pengubah kata- kata menjadi angka.
·
Scoring
adalah
memberikan skor terhadap item–item yang perlu diberi skor.
·
Tabulating
adalah pengelompokan data suatu table untuk memudahkan analisis.
Data yang telah diolah disajikan dalam
bentuk narasi atau table dengan tujuan agar lebih memudahkan bagi para pembaca
dan lebih praktis.
F.
Teknik
Analisa Data
Tidak ada komentar:
Posting Komentar